Khamis lalu kami bertandang ke court badminton lagi. Yang hadir cuma aku, abang Zai, Faiisal dan Hidayat. Bermula jam sepuluh malam hingga dua belas malam tak ada pemain lain yang hadir. Maka kami penuhi masa itu untuk terus menerus bertarung di court yang telah disewa. Nasib baik permainan kami tak ada yang rally panjang. Pukul sekali terus mati bola. Baru pegang reket dah terus dapat point. Jadi tak perlu banyak lari dan tak terlalu penat. Lepas main kami menuju ke kedai mamak. Tapi mamak kata, "ooohhh sori boss, kedai sudah mau tutup. Sudah cuci lantai, dapur, kursi sudah susun. Makanan sudah bungkus. Roti canai punya orang sudah balik India. Cashier sudah balik tidur, sudah mimpi pasal duit. Astro channel sudah habis. Saya juga sudah mau balik kasi urut badan". Okaylah. Kami pun terus menghala ke kedai makan Melayu berdekatan. Macam biasa, abang Zai belanja teh halia. Faiisal first time minum teh halia seumur hidupnya. Tak taulah malam nanti macam mana. Gamaknya takleh tidur pasal terkentut-kentut sepanjang malam. Tak sunyilah malam itu jadinya. Dan mungkin jiran-jiran jugak terpaksa berjaga malam sama. Ttttttuuuuuuuuuuuutttttttt.... Begitulah merdu suaranya.
Cincin di jari, apa maknanya. |
Faiisal sempat mandi-manda kat dewan gamaknya. |
No comments:
Post a Comment